Uji Iman: Apakah percaya kiamat?

"kalau memang kita percaya pembangunan berkelanjutan, berarti kita tidak percaya kiamat dong?"

Pertanyaan di atas dilontarkan di salah satu kelas sarjana yang saya ikuti namun saya lupa baik nama dosen maupun nama mata kuliahnya. Tapi cukup menarik, jika memang semua akan berakhir, lantas untuk apa pembangunan berkelanjutan. Entah itu merupakan retorika atau bukan, tapi saya ingat setelah pertanyaan tersebut dilontarkan di kelas, dosen itu berkata: "Baiklah, kita anggap saja kuliah tentang pembangunan berkelanjutan ini sebagai kelas uji iman". Beruntungnya, setelah kelas tersebut, ternyata saya masih masuk golongan kuat iman dan masih percaya pembangunan berkelanjutan adalah konsep yang sia-sia.

Saat itu, argumen yang saya bangun adalah, pertama, pada akhirnya seluruh peradaban akan dihancurkan dalam peristiwa kiamat dan kedua, pembangunan, bagaimanapun metodenya, pasti akan merubah tatanan lingkungan yang diikuti dengan terganggunya keseimbangan lingkungan. Selanjutya, hal yang tidak seimbang bagi saya akan menghasilkan keburukan. Jadi, pembangunan berkelanjutan adalah konsep yang utopis. Namun, setelah sekitar 3 tahun pertanyaan itu terlontar, sepertinya, iman saya mulai goyah. Saya menyadari ada satu kontemplasi yang kurang lengkap. Apakah memang benar, tidak ada cara agar pembangunan tidak merubah keseimbangan lingkungan? 

***

Sejak September 2018, saya berkesempatan untuk melanjutkan studi di bidang energi terbarukan di lingkungan laut. Salah satu mata kuliah wajib dalam studi ini adalah Uji Dampak Lingkungan untuk Bangunan Energi Laut. Ada beberapa hal baru yang cukup menarik bagi saya sehingga saya rasa perlu saya bagikan melalui tulisan ini. Sayangnya, hal-hal tersebut meruntuhkan iman saya (dan mungkin anda) di mana, saya jadi percaya, ya memang pembangunan berkelanjutan itu bisa dilakukan. 

Di benua Eropa dan khususnya di negara Skotlandia, Britania Raya, tempat saya menjalani studi ini, dampak pembangunan pada lingkungan dikaji dalam proses Environment Impact Assessment (EIA). Regulasi mengenai ini bisa dilihat dalam EIA Directive untuk lingkup Eropa dan Scotland EIA untuk lingkup Skotlandia. Pada prinsipnya, EIA merupakan suatu proses yang akan menghasilkan laporan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan pembuat kebijakan untuk memberi ijin atau tidak pada proyek tersebut. Proses ini pun terdokumentasi dan dipublikasikan dengan transparan seperti pada beberapa Proyek Energi Laut Terbarukan. Coba klik link tersebut dan pilih proyek yang menurut anda menarik, pasti anda akan menemukan laporan EIA (atau beberapa juga dinamai Environment Statement).

Definisi lingkungan yang ditinjau dari proses ini tidak hanya lingkungan ekologi semata, namun juga lingkungan sosial dan ekonomi. Dalam pembuatan laporan EIA tersebut, juga dilakukan prinsip keterbukaan serta adanya partisipasi publik dalam penyusunannya. Misalnya, pihak pengembang beranggapan polusi suara yang dalam suatu proyek tidak menjadi masalah lingkungan, namun bila ada masyarakat sekitar yang terlembaga (e.g. LSM atau NGO) meyakini itu berpotensi sebagai masalah, pengembang wajib melakukan uji dampak pada polusi suara dan melampirkannya pada dokumen EIA. 

Narasi yang dibangun dalam laporan EIA adalah dampak lingkungan mana yang signifikan dan bagaimana dampak itu dapat dihilangkan dengan proses mitigasi. Mitigasi adalah proses terencana untuk mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan dari pembangunan yang dilakukan (Gambar 1).Terdapat juga istiliah hirarki mitigasi di mana pencegahan (avoidance) lebih diutamakan dari pada bentuk mitigasi lainnya. Misalnya, suatu proyek jalan tol harus melewati hutan lindung (bukan, ini bukan kasus Jalan Tol di Papua) di mana keberadaan jalan tol tersebut mengganggu pergerakan hewan-hewan. Pengembang pada prinsipnya harus bisa melampirkan mitigasi apa yang dilakukan agar dampak ekologis di hutan tersebut mencapai "Break-Even (BEP)". Mitigasi pertama yang sebaiknya ditinjau oleh pengembang adalah dengan membuat rute yang tidak melewati hutan tersebut (to avoid), namun jika ternyata hewan di dalam hutan masih terdampak dengan adanya tol di dekat mereka, maka perlu ada pengurangan aktivitas pembangunan/oprasional jalan tol. Selanjutnya jika dampak tol masih dirasakan maka perlu adanya kompensasi terhadap dampak tersebut. Hal ini terus dilakukan sampai BEP tercapai atau bahkan justru sampai memberi dampak positif.


Gambar 1. Proses Mitigasi (Quintero & Mathur, 2011) Sumber

Proses mitigasi inilah yang menyadarkan saya ternyata ada cara untuk melakukan pembangunan yang tidak memberi dampak buruk pada lingkungan. Perkembangan teknologi tentu sangat diperlukan dalam perjalanan pembangunan berkelanjutan ini. Kita ambil saja kasus jalan tol tadi, jika kita menjadi sedikit inovatif, Gambar 2 bisa menjadi salah satu instrumen mitigasi pengurangan dampak (to minimise).

Gambar 2 Jembatan Hewan Sumber
Di sisi lain, saya juga menjadi bertanya, saat Indonesia sedang melakukan pembangunan yang cukup signifikan di beberapa tahun terakhir, apakah mitigasi terencana seperti ini sudah dilakukan? Saya coba cari publikasi Amdal seperti Proyek Energi Laut Terbarukan namun masih belum bisa menemukannya. Mungkin jika pembaca tau, silahkan bagikan di kolom komentar.

Kasus penembakan saat pembangunan Jalan Tol Papua membuat saya sedikit pesimis, jangan-jangan pembangunan yang kita lakukan selama ini bukan merupakan pembangunan berkelanjutan, asal bangun tanpa pertimbangan dampak ekologis, sosial dan ekonomi. Partisipasi publik pun sepertinya juga bukan jadi bagian tinjauan dampak lingkungan. Lihat saja, suara-suara aktivis lingkungan juga tidak didengar dan malah dituduh komunis, contohnya di tambang Tumpang Pitu. Pesimis saya semakin bertambah saat tahun pemilu ini. Belum pernah saya mendengar konsep pembangunan berkelanjutan dibahas baik oleh petahana atau oposisi. Semoga saja saya yang kurang membaca, karena informasi yang sampai di media saya hanya soal hoax dan pertarungan cebong vs kampret. 

Akhir kata, semoga saja kita tidak mendahului kiamat untuk mengakhiri Indonesia. 


*kolom komentar terbuka lebar untuk kritik dan saran, maklum amateur writer brow 😀😀

Comments

Popular Posts