Kepastian Ferguso

Sekitar dua tahun lalu, sambil menikmati STMJ, saya ngobrol ngalor-ngidul bersama dua kawan SMA saya, Made dan Rio. Saat itu baru saja kami menyandang gelar sarjana. Sehingga, sebagai seorang pengangguran anyaran, obrolan tak jauh-jauh dari mau kerja di mana (selain guyonan-guyonan lawas SMA yang diulang terus menerus namun tetap lucu). Kalau saya tidak salah ingat, waktu itu yang paling sambat ya saya dan Rio, lulusan kelautan dan perminyakan. Di tengah harga minyak yang anjlok, tentu, saat itu mencari pekerjaan menjadi sulit, apalagi bagi lulusan kemarin sore, seperti kami. Di tengah tegukan-tegukan perjamuan STMJ malam itu, sambat yang masih kuingat sampai sekarang keluar dari Rio mengambil Made lulusan FKG sebagai contoh.


jancok Med,  saiki awakmu jek koas, at least, rong taun maneh aku nggolek awakmu yo nak Rumah Sakit. Awak ndewek, saiki lowongan angel, rong taun maneh aku, Ivan, iki yo ga ngerti arep nandi”

Tentunya, pada akhirnya, seorang dokter muda pun juga punya ketidakpastiannya sendiri. Sepertinya, tidak ada aspek kehidupan yang bisa lepas dari ketidakpastian.

Lalu saya cek jam, sudah lewat tengah malam, pantas, rupanya memang sudah waktunya pemuda pengangguran ini untuk berganti topik yang lebih filosofis. Nongkrong atau cangkruk, biasa orang surabaya menyebutnya, punya jadwal seragam. Sebelum tengah malam obrolan tentang hal receh, namun, setelah tengah malam obrolan berubah menjadi diskusi kuliah S3 filsafat kehidupan. Sayangnya waktu itu tidak ada notulensi, jadi saya pun lupa kesimpulannya obrolan waktu itu apa dan begitulah kami menyia-nyiakan waktu istirahat kami. 

****

Bicara soal kepastian, saya punya teori yang cukup menarik. Sesungguhnya hal yang membedakan Harvest Moon, salah satu permainan tentang hari-hari sebagai peternak/petani, dengan kehidupan nyata adalah adanya unsur kepastian di dalamnya. Kalau anda coba mengingat permainan ini, Zack, berperan sebagai tengkulak, pasti akan datang jam lima sore dan akan membeli semua hasil peternakan kita yang kita lempar di kotak penjualan. Mudah bukan? Bandingkan dengan petani dunia nyata yang punya rasa takut kalau hasil taninya tidak terjual. Urusan cinta pun juga begitu, kalau anda seorang pemuda dan jatuh hati dengan salah satu kembang desa, Karen misalnya, beri saja dia bir, barang kesukaannya. Lah? Bagaimana kita bisa tau barang kesukaannya? Tenang... ada juga ilmu pastinya, iseng-iseng berhadiah aja, coba beri dia berbagai barang. Kalau respon dia senyum manja, berarti dia suka. Sangat jauh lebih mudah dari dunia nyata bukan, di mana senyuman belum tentu bermakna kebahagiaan. Tidak sepasti itu Ferguso.

Sebenarnya, saya hanya ingin membuat pengingat diri dalam tulisan ini, memang hidup ini tidak pasti, jadi saya kira rasa khawatir belebihan pada hari esok juga tidak ada gunannya. Ada faktor ketidak pastian juga di masa depan sehingga untuk apa menkhawatirkan hal yang tidak pasti? 

Selamat menikmati  ketidakpastian hidup kawan!

Note: Dua tahun berlalu, hari ini, pertanyaan 2 tahun ke depan akan di mana dan gimana juga masih belum terjawab bagi saya pribadi 😅. Bukan berarti saya tidak berencana, namun memang siapa yang bisa tau? hehehe 


Saat berkunjung ke York, 2018




Comments

Popular Posts