Half Marathon Pertama Cuy

Pada tulisan ini, saya coba catatkan ingatan kilometer demi kilometer saat saya berlari Half Marathon pada Surabaya Marathon 2019 (Submar). Alasannya sederhana saja sih, agar bisa dikenang dan motivasi lari ke depannya hehehe, jadi selamat menikmati.

 Sesaat sebelum lomba, subuh-subuh dong

KM 0 - KM 5 
Pada jarak awal ini yang saya lawan bukan rasa lelah fisik, namun mental diri, melawan keraguan yang timbul dalam pertanyaan "Apa bisa ya menyelesaikan lari 21 km?". Mungkin bagi pelari lainnya persoalan ini seharusnya sudah selesai sebelum garis start, tapi ya gimana, ini pengalaman pertama bagi saya eh...

Di sisi lain, di kilometer awal, saya juga menjaga diri ini agar tidak terlalu semangat sehingga berlari terlalu kencang lalu jadi lelah terlalu dini. Sempat terbesit keinginan untuk menyamai pace pelari pelari yang kencang di awal lomba. Namun, saya sadar bahwa lari kali ini adalah pertandingan antara saya dengan diri saya sendiri, bukan dengan orang lain. Pun begitu, orang-orang yang lari cukup kencang di awal tadi, pada kilometer 3 dan 4 juga mulai banyak yang jalan dan lari kecil, karena mungkin sudah kelelahan akibat terbawa nafsu di awal.

Kecepatan lari pada tahap ini saya atur sekitar 6,0-6.5 min/km sebagai bagian dari pemanasan dan penyesuaian badan. Saya waktu itu ambil patokan pace seorang pelari Surabaya dengan baju bertuliskan "Mlayuo Cuk" di punggungnya, cukub bisa menjadi penyemangat. Perjalanan 5 km ini berlangsung mulai dari titik mulai di Embong Malang kemudian melewati Gedung Siola, Gedung Grahadi, Gedung Wali Kota dan Grand City. Seingat saya, sudah ada 1 water station di depan Gendung Grahadi. Di dekat Grand City saya mulai bertemu dengan rombongan Full Marathon yang berangkat setengah jam sebelumnya. 

KM 5 - KM 10 
Di kilometer ini, dalam rencana yang saya buat adalah kilometer kencang. Sesuai rencana, kecepatan lari saya pada kilometer ini sekitar 5 min/km, bagi pelari amatir seperti saya, ini cukup kencang 😀 (disclaimer: jika anda menemukan kata kencang di tulisan ini, artinya sama dengan pace sekitar 5 min/km, hehehe). Kilometer ini mulai dari sekitar perempatan Balai Pemuda lalu Bambu Runcing dan menyusuri jalan Darmo sampai Jembatan Mayangkara. Di rentang kilometer ini, saya mulai melewati banyak pelari yang beberapa mulai berjalan kaki/ berlari pelan. Ada dua water station kalau tidak salah di rentang ini, dan yang terbesar ada di depan Taman Bungkul, sehingga banyak pelari yang berhenti untuk minum. Strategi saya waktu itu memang saya akan melewati semua water station dari 0-10 km, karena waktu latihan sebelumnya pun saya tidak pernah minum saat berlari 10 km.

Secara fisik, di kilometer ini tidak begitu melelahkan, mungkin karena suasana lomba membuat semangat yang berlebihan. Berkali-kali saya merasa suntikan kebahagiaan, suasana cakung (Cuaca Mendukung) pagi hari dan rasa takjub bisa berkesempatan lari di jalanan yang di hari biasa sangat macet dan membuat capek hati pikiran. Satu kata untuk menggambarkannya, istimewa.

Memori ketakutan yang paling saya ingat di kilometer ini adalah sesaat sebelum melewati jembatan Mayangkara. Perkiraan terburuk saya, pelari akan diwajibkan menaiki jembatan Mayangkara yang ternyata benar terjadi. Respon saya pertama adalah umpatan khas Surabaya "Jancuk", karena artinya nanti saya akan 2 kali tanjakan dan 2 kali turunan untuk bolak balik. Saya sangat khawatir cedera lutut  saya kembali kumat karena lari beda elevasi. Ya, sekitar 4 minggu sebelum lomba saya sempat cedera lutut karena porsi latihan yang kurang bagus dan lupa menguatkan otot paha. Waktu itu, untuk lari 1 km saja sakitnya tak tertahankan, dan itu adalah hal yang paling saya takutkan terjadi pada Half Marathon kemarin. Selepas Jembatan Mayangkara, 1-naik-1-turun, ada water station dan saya ambil satu gelas air putih untuk reward bagi saya dan bekal kilometer selanjutnya. Dalam pikiran saya: "Puji Tuhan, sudah setengah perjalanan"

KM 10 - KM 15 
Selepas Jembatan Mayangkara, saya berlari sampai putar balik di perempatan Margerejo. Hal ini cukup mengagetkan bagi saya, saya kira putar baliknya tidak sejauh itu. Kondisi fisik saya masih cukup baik, dan saya masih sanggup berlari sesuai pace porsi latihan saya sekitar 5.30 min/km. Saya bertemu dengan (sepertinya) suami istri yang pacenya cukup sama dengan saya, lalu saya menyapa "Ayo Ko ayo Ce aku ngikut pace e koko cece yooo" mereka pun membalas dengan semangat "Ooo, yo ayoo". Di jarak ini mulai sangat banyak pelari-pelari yang sudah jalan kaki kelelahan, sehingga saya cukup kaget ternyata saya masih bisa lari dengan sehat 😁. Apresiasi saya setinggi-tingginya untuk cece dan koko itu yang masih bisa lari cukup kencang walaupun umur sangat jauh dari saya.

Sebelum kembali melewati Jembatan Mayangkara, saya ambil air di water station lagi untuk menambah stamina, selepas itu saya berlari menuju arah Sutos melewati jalan Dipenegoro dan Bakso Rindu Malam. Di depan Kebun Binatang Surabaya (sekitar km 12) ada penanda waktu, ternyata saya masih di bawah 1 jam, cukup senang... ada secercah harapan bisa menyelesaikan HM dibawah 2 jam. Sesaat sebelum sampai Sutos fisik mulai terasa lelah, namun semangat masih membara jadi masih bisa lanjut lari bareng koko dan cece yang saya temui sebelumnya. Di kilometer 13 atau 14 si Cece sudah mulai agak melambat, jadi tinggal saya sama si Koko yang masih berlari dengan pace sama


Kaki kiri saya beri deker karena cedera sebelumnya; Koko dan Cece yang menemani saya di tengah perjalanan. Koko dan Cece yang saya maksud, 2 orang di kiri belakang saya. Terima kasih ya Ko Ce untuk support nya 😁



KM 15 - KM 18 
Kilometer ini adalah kilometer perjuangan yang sesungguhnya. Setelah melewati Sutos, saya berlari menuju Ciputra World. Beberapa saat setelah melewati lampu merah kedua dari Sutos, paha saya merasakan tarikan dicampur rasa pegal yang luar biasa, mirip rasanya ketika squat-wall. Mak Cenutt. saya mulai menurunkan pace, dan berlari sedikit pelan. Namun koko, yang berlari dengan saya, kembali menyemangati saya, "ayoo ayoo rek" kembali saya berjuang untuk berlari dengan pace yang sama. Sialnya, jalanan sebelum Ciputra World semakin menanjak.

Semakin saya berusahaa lari, semakin terasa tarikan di paha saya. Sesaat sebelum putar balik Ciputra World, akhirnya saya memutuskan untuk berlari pelan. Saya takut paha saya ketarik dan berujung kram, dan amit-amit cedera. Akhirnya saya rela untuk melihat koko tadi lari kencang jauh di depan saya. Beberapa saat kemudian Cece yang mungkin istrinya mendahului saya, disusul beberapa orang lain. Saya begitu capek waktu itu, mungkin kecepatannya hanya ambil 7.00 min/km. Setelah putar balik di depan Ciputra World, saya coba mengumpulkan energi dan kembali berlari, namun ternyata saya tidak sanggup. Motivasi saya turun drastis karena saya didahului oleh banyak orang di belakang saya.

Saat saat lelah dan kaki ketarik yang sempat membuat raga ingin untuk segera menyerah wkwkwkwk

Muncul pertanyaan "apakah ini tandanya sudah tidak sanggup?" Jujur saja, sebelumnya saya hanya berlatih paling jauh 15 km, saya hanya berharap 5 km terakhir kekuatan dari adrenalin karena suasana lomba. Memang semangat masih ada, tapi otot paha benar-benar terasa tertarik dan capek untuk lari kencang, di sisi lain nafas sudah mulai ngos-ngosan. Akhirnya saya memutuskan untuk berlari pelan sekitar 6.30-7 min/km sampai water station.. Saya berencana di water station berikut, saya akan minum sambil berhenti sekitar 3 atau 5 detikan (di water station, biasanya saya ambil sambil berlari dan minum sambil berlari).

Saya masih ingat setelah water station itu, ada suntikan semangat lagi, walaupun saya merasa pesimis akan gagal untuk dapat HM Sub 2 jam. Saya lanjutkan rute lari saya untuk belok ke arah kokari dan Gedung Pancasila menuju gedung wismilak Saya buat target baru ambil target di bawah 2.15 dengan atur strategi untuk lari sekitar 6.00-6.30 min/km sama seperti waktu 5 kilometer awal. Kondisi kaki, mulai membaik, kondisi fisik mulai membaik dan nafas juga mulai membaik. Sesaat setelah belokan dari Mayjend Sungkono, ada komunitas indorunner yang memberi semangat, cukup meriah. Kembali semangat dan optimisme saya mulai tumbuh.

Puncaknya ketika saya berlari di dekat Gelora Pancasila, ada beberapa anak seumuran bocah SMP yang lagi jalan. Saat saya lari di sebelahnya, iseng saya bilang "ayo Le, kuat ga lari bareng aku" mereka sontak menjawab "Ayo mas wani" akhirnya mereka pun berlari di belakang saya bebarengan dengan suara sandal dan tawa mereka. Jujur saja, itu suntikan paling semngat paling dashyat yang berimbas pada kondisi fisik saya. Rasa tarikan di paha tiba-tiba hilang dan saya kembali berlari dengan pace yang lebih kencang. Mungkin dalam tubuh saya ada suatu reaksi antara hormon-hormon dengan nama kimia yang njlimet yang membuat rasa sakit hilang. Kecepatan lari saya kembali menjadi seperti kecepatan latihan ketika saya melewati Gedung Wismilak untuk berlari di Jalan Darmo.

KM 18  - KM 21
Ini adalah momen tak terlupakan. Setelah melewati perempatan pandigiling, saya memutuskan untuk berlari kencang, karena saya kira garis finish tidak akan jauh (ternyata masih lumayan eh....) Saya berlari kencang dengan sisa-sisa stamina yang ada. Saat itu, saya pun juga bertemu dengan kloter lari 10 km dan 5 km, jadi kondisi jalan cukup ramai.

Lari... lari... lari... cukup kencang lewati Hotel Bumi, saya melihat ada seperti panggung, wah jangan jangan ini garis finish, ternyata hanya water station... saya lewati dan saya kembali berlari... lari... lari... sambil mengingat nama-nama keluarga saya. Di tengah perjalanan, saya lihat ada cewek berbaju putih yang saya ingat mendahului saya, dia masih berlari cukup kencang, akhirnya saya memutuskan untuk segera menyalip dia sebagai bagian dari motivasi saya.

Lari... lari... lari cukup kencang saya mendengar teriakan yang cukup menyayat hati "Pak, bangun Pak, bangun Pak" di dekat Gramedia Expo. Saya hanya berpikir semoga bapak itu segera membaik, namun rupanya, Tuhan berkehendak lain. Besoknya saya baru mengetahui, di SubMar 2019 ini ada 2 orang meninggal, dan salah satunya bapak yang jatuh di dekat gramedia expo. Saya sampaikan dukacita dan semoga dikuatkan untuk keluarga yang ditinggalkan.

Lari... lari... lari... akhirnya saya menemukan seperti pagar besi dekat TP, yang menandakan garis finish sudah dekat. Saya keluarkan semua semangat saya, saya lari kencang sambil berteriak permisi-permisi-permisi, karena banyak juga dari orang gabungan kelas 5 dan 10 km. Cewek berbaju putih ternyata masih membayangi dibelakang saya, patokan saya jangan sampai di salip dia. Dan saya terus berlari

Akhirnya, saya melihat garis finish, dan satu yang bisa saya katakan... Puji Tuhan, dan saya berlari sekencang saya untuk bisa sampai garis finish dan akhirnya menyelesaikan pengalaman lari 21 km saya dalam waktu 2 jam 7 menit 23 detik. 😭 (Tangis bahagia, terharu).

 Sesaat sebelum garis finish, cewek yang di belakang saya adalah cewek berbaju putih yang saya maksud


Selebrasi seadanya donk :)

Medali HM biar afdol

Walaupun gagal dari target Sub 2 jam tapi ini cukup berarti buat saya. Setelah ambil pisang, minum, medali saya istirahat dan segera mengabari orang rumah kalau saya masih bisa finish dengan selamat. Saya sungguh berharap akan sempat mengalami pengalaman lari jauh lagi, dan semoga bisa kesampaian untuk sanggup berlari Full Marathon (42 km) suatu hari nanti. Semoga.


*** Gambar diambil dari Surabaya Marathon, terima kasih panitia untuk acaranya!



Comments

Popular Posts