Sisir

Kita berjanji bertemu satu Maret tahun lalu. Namun, kita sama-sama lupa saat itu tahun kabisat dan Februari masih tega untuk memperpanjang masa tunggu. Suatu malam kamu kutanya, "Sebaiknya nanti aku gondrong atau tidak?". Kulihat wajahmu lewat sambungan video saat itu, kamu berpikir sebentar sambil menatapku selayaknya penata rambut kawakan. Jawabmu dengan satir, "Ya kalau mau terlihat tua tumbuhkan saja rambutmu dan biarkan saja terurai sehingga kamu sama seperti foto Yesus". Lalu aku berguman, "Oh begitu ya", walau sebenarnya aku tak terlalu ahli untuk menjadi rapi.

Esok paginya, langsung kubuat janji untuk potong rambut dengan tukang cukur langgananku. Sesudah selesai memangkas rambutku, aku pergi membeli sisir seharga lima belas euro, cukup mahal, tapi itu sisir termurah yang tersedia. Namun tak apa, kuanggap saja sisir tersebut sebagai bagian dari ikhtiar untuk bertemu denganmu. Ada dua jenis sisir yang harus kupilih, sisir dengan gigi yang renggang-renggang atau rapat-rapat. Untungnya, perihal tersebut sudah kulihat di Internet dan kutanyakan ke tukang potong rambut saat ia menggarap rambutku. Ia menjawab dengan bahasa Perancis yang sangat cepat, yang untungnya bisa kemengerti dan kuterjemahkan, "Bebas sih mas sebenarnya, yang penting itu selalu ada". Aku sedikit bingung dengan jawabannya. Lalu ia menimpali, sedikit tertawa, "Yah masnya kan suka lupa kan, ya asal sisirnya ngga hilang saja mas, dan tetep dipakai".

***

Tahun depannya, kali ini Februari berbaik hati memendekkan masa tunggu, kita bertemu lagi di satu Maret. Kita hanya bertemu sebentar untuk kusampaikan selamat. Sebuah ironi untuk diri ini sebenarnya, karena kuucap selamat untuk sebuah kehilangan. Kuhitung tepat tiga puluh menit kemudian, aku pergi, berjalan pulang. Tak sedikitpun aku tertarik menikmati hidangan makanan dari sebuah pesta pernikahan itu. 

Angin berhembus cukup kuat untuk membuat rambutku berantakan.Kurapikan saja rambutku dengan sisir yang kubeli satu tahun lalu. Sisir yang sama yang ternyata tidak hilang dan juga masih menjadi sebuah ikhtiar.

Ikhtiar untuk meninggalkanmu.


Nantes






Comments

  1. Kembalikan saja sisir 15 Euro itu. Rambut jadi rapi, tapi hidup jadi berantakan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. "Begitulah cinta, deritanya memang tiada habisnya" Chu Pat Kay

      Delete

Post a Comment

Popular Posts