Di Atas Dua Puluh Enam Tahun

'aku dulin nandi yo sesuk?'
'lulus kapan iki awakku?'
'aku bisa dapet kerja ngga ya?'
'enak e sesuk aku lapo yo?'

Sekitar dua atau tiga tahun lalu, saya begitu tidak memedulikan umur. Bagi saya, saat sudah di atas dua puluh tahun dan belum sampai dua puluh lima tahun, rasa-rasanya kita masih punya topik masalah yang sama, masalah tentang aku. Sebenarnya, wacana aku, sedikit mirip dengan masalah anak remaja di bawah 20 tahun, tetapi bedanya, ke-aku-an di fase 20-25 tahun sudah coba kita analisa dengan konsekuensi-konsekuensi logisnya. Ya, walaupun beberapa kali atau bahkan sering masih gagal juga kita dalam menganalisanya. 

Contoh gampangnya, kita perhatikan wacana 'tugas sekolah' atau 'nongkrong'. Saat kita remaja, katakanlah SMA, sangat sering kita gagal menyadari konsekuensi logis dari tidak mengerjakan tugas sekolah karena lebih memilih nongkrong adalah ya... kita tidak bisa dapat nilai baik sehingga kemungkinan tidak naik kelas semakin besar. Analisa logis kita masih cupu sehingga ke-aku-an kita sering menuntun kita untuk yaudah nongkrong aja, toh aku jadi lebih happy. 

Beda cerita ketika kita sudah mulai masuk umur dua puluhan, entah mengapa kita seperti mulai menyadari pentingnya mengerjakan tugas sehingga tidak jarang nongkrong dengan kawan menjadi nomer dua, ataupun kalau memang harus nongkrong sebisanya disambi dengan mengerjakan tugas. Di awal fase ini, pergolakan tersebut berdampak pada dinamika pertemanan dengan kawan SMA kita. Sering jadi timbul perspektif kawan SMA kita, atau/dan juga diri kita sendiri, seperti sudah punya dunianya sendiri. Kalau salah memahami ini ya biasanya terucap:

'ah kon wes angel cok diajak metu' 

Tipikal.

Aku dan analisa logis jadi dua poin yang saya pelajari banyak di antara umur dua puluh dan dua puluh lima. Namun, bukan hidup kalau tidak paradoks. 

Diakhir umur 25 tahun, saat kita mulai jago mengatur ritme aku dan analisa konsekuensi logis yang menyertai, saya mengamati, dan saya juga merasakan hal yang sama, kita justru mulai meninggalkan aku dalam wacana hidup kita. Rasanya melakukan sesuatu untuk aku tidak semenarik dua atau tiga tahun lalu.

Mari coba kita ambil contoh kasus nongkrong atau jalan-jalan. Dalam beberapa pengalaman pribadi, saya merasakan justru hal nongkrong atau jalan-jalan lebih berkesan saat partner berkegiatan kita juga sama-sama happy. Slogan yang penting happy  sekarang bukan hanya ada aku di sana. Pengalaman pribadi, pernah saya jalan-jalan ke suatu tempat, karena memang aku ingin ke sana, namun kawan perjalananku tidak begitu tertarik untuk ke situ, jadinya malah kurang berkesan. Namun ketika sebaliknya yang terjadi, rasanya jauh lebih memuaskan.

Efek ini semakin teramplifikasi nyata saya amati pada sekitar kita yang di umur sekian sudah menikah. Hidup sepertinya sudah bukan lagi sepenuhnya tentag aku, tiba-tiba aku itu berkurang dan ada variabel keluarga barunya. Lebih-lebih jika memang sudah punya anak, seratus persen hidupnya jadi untuk anak. Sepengamatanku. 

Entah mengapa dari perenungan ini, saya jadi punya pandangan sepertinya di fase berikutnya, mari kita anggap fase dua puluh enam - tiga puluh tahun, kita akan mulai belajar mengatur ritme aku dan orang lain dalam perjalanan hidup ini. Definisi siapa orang lain  yang akan kita masukkan dalam variabel kita tentu tergantung pribadi kita masing-masing. Perasaan saya, dalam fase ini, akan banyak konflik batin tentang membuat aku bahagia atau membahagiakan orang lain tersebut. Entahlah, namun sepertinya memang akan seperti itu dinamikanya walaupun terdengar berat. 

***

Hal di atas, masih bisa dibilang sebuah hipotesa, tepat nya bagaimana, kita harus lihat setelah eksperimen berakhir. Sebenarnya, dalam waktu beberapa menit lagi saya akan memasuki fase baru ini, dimulai dengan menjadi umur 26 tahun. Jadi ya, eksperimennya ya mengamati diri sendiri.

Semoga diri ini dan juga teman-teman generasi 1995 lancar menjalani konflik-konflik dalam hipotesa di atas, walaupun doaku yang terucap masih sama seperti doa standard untuk orang yang berulang tahun: "Semoga panjang umur, dan sehat selalu!". 

Brugge, 
beberapa menit sebelum 20 September 2021



Comments

  1. Tulisannya sangat realistis namun tetap hangat. Terimakasih sudah menulisnya ditunggu tulisan baru lainnya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts